Fisiologi reproduksi kambing betina sangat erat kaitannya mengenai hal tentang siklus reproduks pada kambing betina. Siklus Reproduksi kambing betina berkaitan dengan bermacam-macam hal yang terjadi pada kambing antara lain meliputi pubertas, siklus estrus, dan perubahan organ seksual post partus. Bagian tersebut diatas sanagat dipengaruhi oleh lingkungan, genetik, mekanisme hormon, tingkah laku, serta faktor-faktor fisik dan psikis (Hafez 1987).
Fisiologi Reproduksi Kambing Betina.
Pubertas merupakan waktu periode pada saat organ reproduksi pertama kalinya berfungsi. Pada saat domba dan kambing mencapai umur sekitar 6 bulan. Variasi yang cukup besar bisa terjadi pada suatu jenis tertentu, tergantung pada keadaan iklim, makanan, hereditas, dan tingkat pelepasan hormon (Frandson 1992). Menurut Hafez (2000), pubertas pertama kali ovulasi kira-kira antara 5 – 7 bulan pada kambing betina dan antara 6 – 9 bulan pada domba betina. Pada kambing betina mencapai usia pubertas sekitar 5 – 6 bulan, tetapi anak yang memporeleh nutrisi berupa susu atau nutris yang baik bisa mencapai pubertas lebih awal yakni sekitar 4 bulan (Greenwood 1997). Menurut Tomaszewska et al (1991), pubertas pada kambing Peranakan Etawa( PE) antara sekitar umur 10 – 12 bulan, dengan rata-rata berat badan 18,5 kg.
Siklus Estrus Pada Kambing Betina
Bedasarkan penelitian Frandson pada tahun 1992. Hewan betina menjadi estrus pada waktu yang teratur, tetapi berbeda dari jenis(spesies) satu ke jenisc(spesies) lainnya. Interval waktu tersebut, mulai dari permulaan periode estrus yang pertama sampai ke periode estrus yang berikutnya, disebut siklus estrus. Estrus adalah dimana fase dalam siklus estrus yang ditandai oleh sikap penerimaan ternak betina terhadap ternak jantan untuk melakukan aktivitas reproduksi (Partodihardjo 1982).
Ciri-ciri estrus, seperti yang dikatakan oleh Davendra dan Burns (1994) yaitu dengan mengeluarkan lendir jernih dan encer selama waktu birahi yang membentuk pola kristalisasi seperti pakis dan setelah ovulasi serta fase estrus akhir, lendir itu menjadi massa putih kental yang memiliki dan mengandung banyak elemen sel bertanduk.
Terjadinya curah hujan pada musimnya dan banyaknya tanaman yang tubuh untuk pakan ternak, menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap estrus dan kesuburan ternak.
Seperti yang dikatakan oleh oleh Davendra dan Burns (1994). Selain itu, Setiadi pada tahun 1987 mengatakan bahwa rata-rata lamanya siklus estrus kambing peranakan etawa (PE) sekitar 20,25 hari dengan kisaran waktu antara 7-27 hari. Menurut pendapat Ludgate (1989), estrus akan terulang kembali kurang lebih pada 19 hari berikutnya, jika terjadi kegagalan perkawinan yang ditandai ternak atau kambing tidak menjadi bunting. Menurut Atabany (2001) dalam laporannya menelusuri lama siklus estrus pada kambing Saanen disebuah peternakan yang terjadi rata-rata setiap 21,73 hari. Hasil penelitian lain untuk siklus estrus pada kambing diperoleh hasil yang beragam atau bermacam-macam, yakni 19 hari dengan rentang 18 – 22 hari (Sutama 1996), 21 hari (Blakely dan Bade 1992) dan 19,5 hari dengan rentang 18 – 21 hari (Heath and Olusanya 1985).
Baca Juga : Morfologi kambing peranakan etawa pe
Siklus ini dikontrol secara langsung oleh hormon dari ovari dan secara tidak langsung oleh hormon dari Adenohipofisis dari kelenjar pituitari. Lama estrus kambing bervariasi tergantung pada bangsa kambing, umur, musim, dan pengaruh dari hewan jantan itu sendiri (Hafez 2000) Siklus ini dibagi menjadi beberapa fase yakni : proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus.
- Proestrus
Masa pemantapan, berupa pembesaran folikel, penebalan dinding vagina, dan peningkatan vaskularitas uterin.
- Estrus
Masa estrus dan saat meningginya penerimaan seekor betina terhadap pejantan. Pecahnya folikel ovari terjadi pada kebanyakan jenis ternak.
- Metestrus
Masa Pembentukan korpus luteum, perubahan-perubahan terjadi pada dinding vagina dan uterus.
- Diestrus
masa tak aktif yang singkat sebelum periode proestrus berikutnya selama musim kawin pada hewan-hewan poliestrus. ternak poliestrus merupakan ternak yang mengalami estrus lebih dari 1 kali selama 1 tahun
Masa Kebuntingan pada Kambing
Kebuntingan adalah suatu interval atau rentang waktu, yang biasa disebut dengan masa kebuntingan (gestasi), Dimulai pada saat pembuahan (fertilisasi) ovum, sampai lahirnya anak. Hal ini mencakup antara lain fertilisasi, atau persatuan antara ovum dan sperma; nidasi atau implantasi, atau perkembangan membran fetus; dan kemudian berlanjut ke pertumbuhan fetus.
Wodzicka-Tomaszewska et al. (1991) menyatakan keadaan embrio berdasarkan 3 periode kebuntingan, yaitu :
- Embrio selama masa pertama ini sangat sensitif terhadap hal-hal berbahaya, misalnya virus dan obat-obatan yang bisa mengakibatkan kematian atau cacat. Masa pertama ini berhubungan dengan diferensiasi sel dan pembentukan organ,
- Embrio selama masa pertengahan ini (jika terjadi periode diferensiasi fungsi sel dlm organ) relatif kurang sensitif terhadap virus dan obat-obatan tadi dan termasuk nutrisi,
- Embrio pada merupakan masa terakhir yaitu kebuntingan ini akan tumbuh cepat.
Kambing betina yang bunting akan menampakkan beberapa cirri-ciri, contohnya:
- Seperti tidak terlihatnya tanda-tanda estrus pada siklus estrus berikutnya,
- Membesarnya perut pada sebelah kanan,
- Ambingnya kambing akan menurun,
- Badannya akan sering digesekkan ke dinding kandang
- Dan kambing tampak lebih tenang (Ludgate 1989).
Menurut pendapat Blekely dan Bade (1992), ternak kambing yang dipelihara pada kedaan dan konsisi yang buruk selama kebuntingannya akan mengalami keguguran pada usia muda. Masa kebuntingan kambing yang normal dan umum sangat bervariasi dan beragam dari jenis ke jenis yang lain, begitu pun variasi antar individu dalam suatu jenis tertentu. Rata-rata masa kebuntingan domba atau kambing adalah 150 hari atau 5 bulan. Terima Kasih telah membaca artikel Fisiologi Reproduksi Kambing Betina. smoga bermanfaat.
One comment
Pingback: Fisiologi Dan Morfologi Kambing Jantan - Teknologi Solusi Dunia Peternakan