Sianida yang dilepas dari dalam lambung, sebagai hasil hidrolisis glikosida sianogen asal tanaman yang dimakan oleh ternak, akan diserap dengan begitu cepat ke dalam aliran darah. Kemudian akan terjadi oksigenasi (level oksigen tinggi dalam darah) karena sianida bereaksi dengan ferric (trivalent) iron dari cytochrome oxidase dan membentuk cyanide cytochrome yang tinggi. Sementara itu, hemoglobin tidak bisa atau mampu membebaskan oksigen (sistem transportasi elektron) sehingga warna darah menjadi merah terang, sebagai ciri spesifik keracunan sianida.
Keracunan sianida pada ternak yang sering terjadi karena mengkonsumsi daun ketela pohon atau ubi kayu karena didalam daun tanaman tersebut mengandung zat sianida yang tinggi. Ataupun keracunan akibat dari pestisida. Sebagian kecil sianida akan diserap melalui usus dan paru-paru dan dikeluarkan dengan bau khas bitter almond . Efek toksisitas sianida terhadap ternak bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Ukuran dan jenis hewan,
2) Kecepatan hewan mengunyah pakan,
3) Jenis sianogen dalam tanaman,
4) Keaktifan enzim dalam memecah pakan, dan
5) Daya detoksifikasi sianida
Gejala Klinis Keracunan Sianida Pada Ternak
Gejala keracunan sianida pada ternak bisanya akan terjadi dalam waktu 15-20 menit sesudah mengonsumsi sianida dalam bentuk garam (KCN, NaCN) atau dalam waktu sangat cepat (akut). Sekitar 2-3 menit sesudah menghirup sianida dalam bentuk gas. Gejala keracunan sianida adalah susah bernafas dan diikuti dengan ternak yang kejang- kejang, hewan ternak kan meronta-ronta, denyut nadi cepat, lemah, tremor, mata terbelalak, pupil mata melebar dan mambran mukosa akn tampak merah terang, hal ini disebabkan oksigen dalam darah tidak dapat dikeluarkan, kembung dan kadang-kadang terjadi salivasi dan muntah, kejang-kejang, Otot-otot menjadi gemetar dan terjadi kegagalan koordinasi otot, Pupil mata melebar (dilatasi) dan membran mukosa tampak merah terang oleh karena oksigen di dalam darah tidak bisa dikeluarkan. Ternak akan mengeluarkan air liur, mulut berbusa dan ternak mengeluarkan feses dan urin.
Kadangkadang hewan mati tanpa terlihat gejalanya karena efeknya secara langsung kekurangan oksigen pada otak dan jantung yang bisa mempercepat kematian. Pengamatan gejala intoksikasi sianida bis dilakukan berdasarkan perkembangan fungsi tiroid dan biasanya terjadi pada ternak yang mengonsumsi ubi kayu dalam jangka waktu lama dan terus-menerus dengan keadaan nutrisi buruk.
Pengobatan Keracunan Sianida Pada Ternak
Pengobatan dimaksudkan untuk membantu menstabilkan transportasi oksigen pada sel-sel jaringan dengan cara memecah ion sianida dalam level tinggi (level berbahaya) dengan injeksi sodium nitrit untuk membentuk cyanmethaemoglobin. Senyawa tersebut kemudian diubah menjadi tiosianat setelah penambahan tiosulfat yang secara langsung dikeluarkan melalui ginjal.
baca juga : Cara Mengobati Kambing Keracunan Dengan Teknik Cubit
Pengobatan pada ternak dilakukan dengan injeksi 1% larutan sodium nitrit dengan dosis 25 mg/kg berat badan dilanjutkan dengan 25% sodium tiosulfat 1,25 g/kg berat badan. Pengobatan ulang bisa dilakukan bila diperlukan dengan dosis setengah dari dosis awal. Pengobatan keracunan sianida telah berhasil dengan cara injeksi sodium tiosulfat 660 mg/kg atau p-aminopropriofenon 1 mg/kg yang efektif menurunkan sianida level tinggi. Kombinasi tiosulfat 660 mg/kg dengan sodium nitrit 22 mg/kg juga efektif sebagai antidota sianida leveltinggi
Penanganan yang cepat diperlukan pada kasus keracunan akut atau level yang tinggi, untuk mencegah kematian. Pengobatan yang biasa dilakukan adalah gabungan antara sodium nitrat (Na2NO2) dengan thiosulfat (Na2S2O3). Dosis yang dianjurkan adalah 1 ml larutan 20% Na2NO2 dan 3 ml Na2S2O3 yang diberikan secara intravena dengan bobot badan 45 kg.
Cara lainnya adalah dengan memberikan 1 gram Na2NO2 dan 2,4 gram Na2S2O3 yang dilarutkan dalam 10 ml air suling dan disuntikan secara intravena. Pemberian hidroksokobalamin (vitamin B12a) bisa juga dilakukan tetapi zat ini mempunyai kelarutan yang rendah dan kurang efektif pada keracunan sianida yang hebat (Bahri dan Tarmudji, 1984; Tomaszewska et al., 1993).
Obat tradisional untuk mengobati keracunan pada ternak pada ternak bisa di berikan minyak kelapa ataupun dapat juga dengan kelapa muda dengan meminumkannya ke ternak yang mengalami keracunan.
Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya keracunan sianida pada ternak, terutama pada pakan hijauan atau tanaman (sianida alami), perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Tempat merumput agar terhindar dari risiko keracunan.
- Level glikosida pada rumput yang mengandung sianogen akan meningkat apabila mengalami kekeringan atau kerusakan.
- Tanaman muda berpotensi mengandung sianida tinggi.
- perlakuan pengolahan (pengeringan) pakan hijauan akan menurunkan sebagian besar sianogen.
- Rumput kering (hay) harus berasal dari hasil pemotongan rumput yang tidak berbahaya,
- Penggunaan rumput dengan perlakuan silase lebih aman karena bahan toksiknya lebih cepat menurun (satu minggu) dibandingkan dengan rumput tanpa silase (bahan toksiknya akan berkurang sekitar 50% dalam waktu tiga minggu,
- Penggunaan rumput dalam bentuk dipotong-potong lebih aman dibandingkan dengan tanaman utuh.
- Pemberian suplemen sulfur (apabila defisiensi) akan menaikkan efisiensi ternak dalam mengubah asam sianida menjadi tiosianat yang tidak toksik,
- Untuk tanaman sorgum agar dihindari menyimpan tanaman yang muda (tingginya kurang dari 50 cm). Pakan asal ubi kayu atau ketela pohon, terutama jenis ubi kayu pahit perlu diolah lebih dahulu (pemotongan, pengeringan) tanpa mengurangi mutu umbi. Bagian daun yang mengandung sekitar 20% protein cukup dipotong dan dikeringkan
Kesimpulan
Keracunan sianida pada pada ternak umumnya disebabkan oleh racun potas (NaCN, KCN)yang sengaja ditambahkan ke dalam pakan (unsur kriminal). Pengobatan yang cukup efektif (antidota sianida level tinggi) adalah dengan cara injeksi kombinasi tiosulfat dan sodium nitrit. Upaya pencegahannya yaitu menghindarkan hewan merumput pada area yang mengandung sianida. Tanaman yang mengandung sianogen harus terhindar dari kekeringan, kerusakan, dan perlakuan herbisida karena dapat menaikkan level glikosida.
Selain itu, perlu dihindarkan menggunakan tanaman muda untuk pakan karena berpotensi mengandung sianida tinggi. Proses pengolahan dan pengeringan diperlukan untuk tanaman bahan pakan yang mengandung sianida tinggi (> 100 ppm) untuk menurunkan sianidanya
One comment
Pingback: Cara Mengobati Kambing Keracunan Dengan Teknik Cubit