Persilangan Balik
Yang dimaksud dengan persilangan balik (back crossing) adalah persilangan balik yang dilakukan terus menerus dan diarahkan pada satu bangsa ternak tertentu. Sapi hasil persilangan back crossing (0,75 BB; 0,25 SO) dapat berkembang dengan baik di Indonesia dan menunjukkan adanya sifat double muscling pada bagian pantat (Gambar 3). Persilangan balik disebut juga dengan grading up karena hasil persilangan ini memiliki proporsi darah yang cenderung mengarah ke salah satu bangsa tetuanya. Persilangan back crossing pada ternak local dapat menyebabkan kepunahan pada ternak lokal itu sendiri. Hal itu disebabkan karena karakteristik (fenotip dan genetik) dari ternak lokal pada setiap generasi akan selalu berkurang. Contoh bangsa sapi hasil back
crossing menurut Blakely dan Bade (1998) antara lain Brangus (0,375 Brahman ; 0,625 Angus), Braford (0,375 Brahman ; 0,625 Hereford), Simbrah (0,625 Simmental ; 0,375 Brahman), Charbray (0,187 Brahman ; 0,813 Charolais), Amerifax (0,625 Angus ; 0,375 FH), Santa Gertrudis (0,625 Shorthorn ; 0,375 Brahman),
Persilangan rotasi
Persilangan rotasi (criss crossing) adalah suatu teknik persilangan antara dua bangsa dan individu hasil silangan yang dihasilkan selalu dikawinkan dengan salah satu bangsa tetuanya secara bergiliran pada generasi berikutnya. Persilangan criss crossing dapat dilakukan darah suatu bangsa ternak agar tidak hilang pada saat melakukan persilangan. Persilangan criss crossing pada dua bangsa memiliki tujuan untuk mempertahankan proporsi darah 1 : 2 pada setiap generasi yang dihasilkan.
Beberapa bangsa sapi lokal di Indonesia antara lain Peranakan Ongole (PO), Sumba Ongole (SO), Bali (Bos javanicus), Madura, Aceh, Pesisir dan Pasundan memiliki daya tahan terhadap panas dan fertilitas yang baik sehingga memiliki potensi untuk menghasilkan bibit unggul melalui persilangan criss crossing dengan bangsa sapi eksotik (Bos taurus).
Persilangan criss crossing padasapi BB, FH dan SO terlihat memiliki potensi untuk menghasilkan bibit sapi unggul. Sapi hasil persilangan cross breeding yang bernama “Putri”(0,50 BB ; 0,50 SO) dan “Dini”(0,50 BB ; 0,50 FH) dapat berkembang dengan baik di Indonesia sehingga kedua tipe sapi silangan tersebut kemungkinan dapat digunakan untuk membentuk sapi silangan baru dengan proporsi darah 0,50 BB; 0,25 FH dan 0,25 SO.
Contoh sapi hasil criss crossing menurut Blakely dan Bade (1998) adalah sapi Beefmaster (0,25 Hereford;0,25 Shorthorn; 0,50 Brahman), Jamaica Hope (0,75 Jersey ; 0,20 Sahiwal ; 0,05 Creole) dan Beefalo (0,375 Bison ; 0,375 Charolais ;0,25 Hereford).
Prospek persilangan sapi BB di Indonesia
Produksi daging sapi di Indonesia pada tahun 2017 diproyeksikan sebesar 531,21 ton sedangkan permintaan daging sapi pada tahun yang sama diproyeksikan sebesar 636,39 ton (Kementan RI,2016). Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa masih terdapat kekurangan produksi sapi sebesar 105,18 ton.
Kekurangan produksi daging sapi di Indonesia antara lain disebabkan oleh rendahnya produktivitas ternak. Lebih dari 90% pasokan daging sapi di Indonesia berasal dari peternakan rakyat yang system pemeliharaannya masih ekstensif tradisional (Widiati, 2014) sehingga pertumbuhan produksi daging sapi belum dapat memenuhi permintaan nasional.
Produksi daging sapi di Indonesia dapat ditingkatkan dengan cara memproduksi bibit sapi potong unggul melalui teknik persilangan ternak. Persilangan pada sapi di Indonesia umumnya dilakukan melalui IB dengan mengunakan straw dari bangsa sapi Bos Taurus (sapi eksotik). Hasil persilangan antara sapi eksotik dan sapi local di Indonesia menunjukkan performa yang baik dan bernilai ekonomi tinggi, sehingga disukai oleh peternak. Sapi BB memiliki potensi yang besar untuk menghasilkan bibit sapi potong unggul di Indonesia.
Sapi BB banyak disilangkan dengan sapi FH di beberapa negara untuk menghasilkan tipe sapi potong yang baik (Purchas dkk, 1992). Persilangan pada sapi BB di Indonesia sebaiknya dilakukan di perusahaan peternakan yang telah memiliki standar good breeding practice yang baik agar dapat diperoleh bibit sapi potong yang baik.