Pengetahuan responden tentang siklus estrus Pada Kambing PE Betina
Berdasarkan hasil kuesioner, peternak di Kaligesing sudah mengerti tentang siklus estrus walaupun penjelasannya dengan pengertian dan bahasa mereka sendiri. Kebanyakan menjawab sering mengamati estrus sewaktu – waktu atau hampir tiap hari. 70 % menjawab memerikasa di pagi dan sore hari, 30 % menjawab setiapa waktu yaitu pagi, siang, dan sore hari. Berdasarkan kuesioner peternak juga memiliki jawaban sendiri mengenai lama estrus yang terjadi pada kambing peliharaannya. 81.81 % menjawab 12 jam, 15.15 % menjawab lebih dari 12 jam, dan 3.03 % menjawab tidak tahu.
Menurut Sarwono (2007) masa estrus kambing PE berlangsung sekitar 16 – 20 jam dan berulang setiap 3 minggu. Dengan pernyataan peternak dapat dilihat bahwa peternak tidak mengetahui data sebenarnya berdasarkan literatur, namun kisaran waktunya masih sesuai dengan literatur,sehingga mempengaruhi tingkat keberhasilan kebuntingan pada kambing mereka. Pada peternak yang menjawab tidak tahu hal ini berkaitan dengan tingkat pendidikan yang rendah, dan kurangnya pengetahuan dari sumber lain.
Pengetahuan responden tentang Pubertas
Peternak di daerah Kaligesing, hanya mengetahui bahwa kambing PE betina mengalami estrus pertama kali pada usia 18 bulan. Menurut Frandson (2002) kambing dapat mencapai masa pubertas pada umur 6 – 10 bulan. Pada kambing PE sama halnya demikian, namun ditangguhkan perkawinannya pada usia 18 bulan. Menurut Sarwono (2007) perkembangan organ reproduksi kambing PE betina mencapai tahap sempurna pada usia 18 bulan, sehingga berdasarkan kuesioner peternak menjawab 100 % estrus pertama kali pada usia 18 bulan dan dikawinkan pertama kali pada usia 18 bulan. Dari pemahaman peternak tenyata terdapat kesalahan yang secara turun temurun dibiarkan. Pemahaman yang salah tentang umur kambing betina PE mengalami pubertas erat kaitannya dengan tingkat pendidikan yang ada di daerah tersebut. Sehingga peternak hanya mengetahui kambing mereka estrus pada usia 18 bulan, padahal menurut Frandson (2002) kambing betina mulai estrus pada usia 6-10 bulan.
Kebuntingan
Setelah kambing betina mencapai masa estrusnya maka peternak sesegera mungkin mengawinkan kambing betinanya dengan jantan pemacek, baik milik sendiri atau milik orang lain. Tingkat keberhasilan munculnya kebuntingan dengan cara alami cukup efektif terbukti dari 89,90 % menjawab hanya 1 kali kawin langsung bunting, sedangkan 10,10 % menjawab 2 kali kawin mengalami kebuntingan, dan tidak ada yang mengalami 3 kali kawin mengalami kebuntingan.
Peternak dapat mengetahui kebuntingan dengan beberapa cara namun peternak menjawab 93,94 % mengetahui kambingnya bunting berdasarkan melihat siklus estrus berikutnya dan 6,06 % mendapat bantuan dari petugas. Bantuan petugas datang jika peternak meminta bantuan atau melapor kepada petugas, tetapi hal ini jarang ditemui.
Kelahiran
Pada kambing PE betina masa kebuntingan mencapai 150 hari atau 5 bulan (Sarwono 2007). Hal ini tidak jauh berbeda dengan jenis kambing lainnya. Lama bunting yang diperoleh dari studi ini masih dalam batas kisaran lama bunting yang dikemukakan beberapa ahli yaitu 144-157 hari (Smith dan Mangkoewidjojo 1988) dan 143-153 hari (Davendra dan Burns 1994). Penyebab keragaman dalam periode bunting ini dipengaruhi oleh jenis kelamin, keragaman lingkungan (pakan) dan faktor keturunan.
Anakan yang dihasilkan tiap kelahiran bervariasi. Peternak menjawab anakan yang dihasilkan 2 ekor sebanyak 60.60 %, 30.31 % menjawab 3 ekor, dan 9.09 % menjawab 1 ekor. Dapat dilihat dari data terdapat perbaikan produktivitas yaitu jumlah anakan akibat persilangan antara kambing ettawa (Jamnapari) dengan kambing kacang. Pada awalnya diketahui kambing Ettawa biasanya melahirkan anak tunggal sekali dalam setahun (Devendra dan Burn 1994). Bangsa kambing Jamnapari(ettawa) dilaporkan mempunyai angka kembar dua yang lebih rendah, tercatat sebesar 33% (Minett, 1950),45% (Roy dkk., 1962), dan 45,18% (Singh dan Singh, 1974).
Sedangkan menurut Devendra dan Burn (1994) kambing Kacang memiliki angka kesuburan yang tinggi. Jumlah anak lahir seperindukan adalah 2.2 ekor Dapat dilihat berdasarkan data yang ada bahwa poduktivitas pada kambing PE sangat baik karena dapat dilihat terdapat kombinasi antara sifat kambing kacang dan kambing ettawa sehingga sifat unggul kambing kacang yaitu mampu beranak lebih dari 2 ekor dapat muncul dan menjadi keunggulan bagi kambing PE. Hal ini sesuai dengan pernyataan tentang produktivitas biologis kambing cukup tinggi, 8-28% lebih tinggi dibandingkansapi (Devendra 1994).
Menurut Williamson dan Payne (1993), kejadian kelahiran anak kembar adalah umum pada kambing dan terdapat banyak sekali bukti, bahwa kesuburan kelamin meningkat dengan bertambahnya umur. Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Blakely dan Bade (1992), bahwa kelahiran lebih dari 1 anak untuk seekor kambing adalah normal dan biasanya berproporsi kembar dua atau kembar tiga. Kelahiran kembar dapat diperoleh melalui cara-cara seleksi dan makanan yang baik selama kebuntingan.
Hasil Kuesioner 33 Pemilik kambing PE di wilayah kecamatan Kaligesing dan lirteratur
No | Uraian | Nilai Rataan | Nilai Rataan |
Kuisoner | Literatur | ||
1 | Beranak Tunggal | 9,09 % | 30,28 % |
2 | Beranak Kembar | 60,60 % | 60,55 % |
3 | Beranak Tiga | 30,31 % | 9,17 % |
4 | Umur Dewasa Kelamin(Betina) | 18 Bulan | 8-12 Bulan |
5 | Umur Dewasa Kelamin(Jantan) | 18 bulan | 6-8 bulan |
6 | Umur Induk Betina Pertama Kali Dikawinkan | 18 bulan | 12-15 bulan |
7 | Umur Induk Betina Pertama Kali Dikawinkan | 18 Bulan | 8-10 bulan |
8 | Umur Dewasa Tubuh Betina | 18 Bulan | 15-18 bulan |
9 | Umur Dewasa Tubuh Jantan | 18 Bulan | 10 Bulan |
10 | Siklus estrus | 19-23 hari | 18-22 hari |
11 | lama estrus | 12 jam | 24-48 jam |
12 | Waku yang tepat dikawinkan, | ||
setelah terliahat tanda estrus | 12-18 jam | ||
13 | Lama kebuntingan | 150 hari | lebih kurang 147 hari |
14 | Interval Beranak | 7-8 bulan | 8 Bulan |
Dari data tersebut maka calving interval pada kambing PE betina mencapai 8 bulan. Maka tiap 8 bulan sekali kambing dapat berproduksi (melahirkan). Dari hal tersebut maka kambing dalam jangka 2 tahun dapat melahirkan 3 kali. Kelakuan kelamin pada kambing PE sangat dipengaruhi oleh glandula endokrin yang menghasilkanhormon reproduksi. Untuk menghasilkan hormon tersebut diperlukan gizi. Fungsi anatomi dan reproduksi akan berjalan baik bila kita dapat memenuhi kecukupan vitamin B, asam pantotenat, niasin, vitamin E, dan zinc.
Kejadian abortus pada kambing PE jarang terjadi. Berdasarkan kuesioner 93,94 % menjawab jarang sekali, dan 6, 06 % menjawab kadang-kadang. Secara singkat dari hasil pembahasan dapat dilihat banyak ketidak -mengertian peternak tentang aspek reproduksi dari kambing PE, dikarenakan sistem informasi yang masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan datayang diperoleh dar kuesioner dibandingkan dari berbagai literatur yang terdapat dalam pembahasan.
Sumber penulis: Muchlido Apriliast.